Senin, 14 Februari 2011


Duh.. Yogyakarta Jadi Incaran Sindikat Narkoba
Tolak Narkoba
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional bersama Universitas Indonesia dan seluruh universitas negeri di kota-kota besar selama sembilan bulan tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa  modal yang terbuang percuma di  Indonesia akibat narkoba sebesar Rp 3,7 triliun. Sedangkan kerugian yang terbuang percuma di seluruh dunia sekitar  Rp 1.100 triliun.

Hal itu dikemukakan Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Polisi Gories Mere pada wartawan seusai penandatanganan Nota Kesepakatan antara Kepala BNN dengan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X tentang Kerjasama Pelaksanaan Percepatan Pengembangan dan Pembangunan Kapasitas BNN Provinsi khususnya di Provinsi DIY.
Perkembangan peredaran narkoba di Indonesia selama tujuh tahun (2003-2010) meningkat sekitar 300 persen. Yogyakarta merupakan terbesar kelima di Indonesia yang menjadi pasar narkoba untuk dimasuki para sindikat-sindikat narkoba. Karena, Yogyakarta merupakan kota pendidikan nasional dan bahkan internasional yang banyak pemuda/pemudi dari berbagai negara dan daerah.
''Sehingga yang menjadi korban warganya yang tinggal di sini,'' kata Gories. ''Karena itu, DIY  kita prioritaskan segera dibentuk BNNP supaya segera beroperasi menangani masalah ini bersama-sama dengan tiga pilar  secara simultan dan komprehensif.''

Ketiga pilar tersebut adalah pertama, penegakan hukum. BNN bekerja sama dengan Polri, aparat penegak hukum lainnya imigrasi dan beacukai untuk menghancurkan dan memutuskan jaringan dalam negeri maupun luar negeri. Seharusnya kalau hukum ditegakkan, ancaman bagi produsen, pengedar dan importir narkoba lima gram ke atas adalah hukuman mati.
Kedua, pilar bagi orang yang menjadi korban. Selama ini negara kurang memberikan perhatian kepada orang yang menjadi korban narkoba. UU No.35 Tahun 2009 mengamanatkan  negara wajib memperhatikan mengurusi langsung maupun penguatan terhadap tempat-tempat atau center rehabilitasi yang sudah ada di daerah, ataupun milik masyarakat/swasta dengan memberikan penguatan kelembagaan. Jadi, yang sudah menjadi penyalahguna harus dipulihkan dan obati.
Ketiga,  pencegahan. Bagi masyarakat yang belum terkena narkoba harus menjadi kebal dan imun untuk menolak narkoba. Karena ini menjadi incaran para sindikat, dibujuk dirayu supaya menjadi penyalahguna narkoba.

Selanjutnya, Gories mengungkapkan  wilayah terbesar keempat di Indonesia yang menjadi pasar narkoba merupakan kota-kota besar yang perputaran ekonominya tinggi yakni Jakarta, Medan, Batam dan Kalimantan Timur. Heroin dunia ilegal yang beredar terbesar di dunia (93 persen) berasal dari bulan sabit emas (Afganistan).  Sindikat yang  beroperasi di dunia yang paling terbesar termasuk yang beroperasi di Indonesia adalah sindikat Afrika Barat (Nigeria). Selain itu, ada juga sindikat Nepal, sindikat Cina dan sindikat Iran khususnya di bidang narkotika sintetis (shabu).

Bahkan sejak dua-tiga tahun terakhir ini, sindikat narkoba yang beroperasi di Yogyakarta sindikat Iran. ''Jenis narkoba yang diminati prioritas di kalangan anak muda, eksekutif muda adalah shabu dan pengguna narkoba terbanyak di Indonesia berusia 20-29 tahun,''jelas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar